Sabtu, 07 Juli 2012

No one Know


“Ayo Yuu katakan..”paksa seorang gadis pada temannya. Dia mendesak sahabatnya untuk menceritakan beberapa hal yang sudah dilewati sahabatnya saat mereka terpisah.

“Apa yang harus aku ceritakan? Kau sudah lihat keadaanku sekarang kan?”balas gadis yang bernama Yuri. Sikapnya itu seakan menunjukan bahwa sebenarnya Yuri enggan menceritakan apa yang terjadi.

“Bagaimana bisa ?? Bagaimana bisa kalian menikah tanpa cinta??? Kau ... Kau sekarang mengandung anaknya???”Yuri hanya diam mendengar keterkejutan sahabatnya, Sila. Hal yang disembunyikannya pun cepat atau lambat akan terbuka juga seiring berjalannya waktu.

Sementara Sila masih shock dengan keadaan sahabatnya itu. Baru 6 bulan mereka terpisah tapi sudah banyak kejadian yang berharga yang terlewati. Sila sangat tahu bagaimana prinsip dan keras kepalanya Yuri dengan keputusannya. Tapi karena satu alasan Yuri bisa berubah drastis.“Alasan konyol apa yang kau katakan itu Yuu?? Saat itu kau pasti sedang marahkan saat mengambil keputusan itu. Benarkan.?”


Dan lagi, Yuri hanya diam. Tak ada anggukan atau gelengan kepala sebagai isyarat untuk jawaban.Sekalipun dia berbohong Sila akan sangat tahu kebohongan itu. Karena Sila akan membuatnya terpojok dan memaksanya untuk menceritakan apapun yang menjadi kebohongannya itu.

“Kenalkan aku padanya.”kata Sila mengakhiri. Masalah pribadinya membuat ia lelah. Dan dia tak ingin menambahi kerja otaknya tentang rahasia Yuri saat ini.

“Akan ku atur kapan waktunya.”balas Yuri simple kemudian meninggalkan Sila sendirian.

“Kau bahkan membuatku tak berarti saat ini Yuu. Seberapa besar dia mempengaruhimu saat ini.”gumam Sila sambil memandangi punggung Yuri yang perlahan hilang.

***

Flashback

“Aku punya penawaran menarik untukmmu.”

“Semenarik apa sampai kau menawarkannya untukku Tuan?”

“Menikahlah denganku. Berikan aku anak laki-laki dan akan ku berikan yang kau impikan itu. menjadi pemegang saham di tempat itu bukan?”

Flashback Off

Kilasan-kilasan itu masih terngiang di otak Vian. Kenapa bisa dia melakukan sebuah penawaran dengan seorang yang kini mulai ia cintai? Alasan kenapa dia melakukan penawaran itu karena orang itu.

Vian Sedikit terkejut saat kedua tangan memeluknya dari belakang. Tangan yang halus dan hangat yang membantu dia melupakan masalahnya. Namun kilasan tentang wanita yang kini sudah berstatus istrinya membuat dia memaksa melepaskan rangkulan tangan itu.

“Aku sudah mempunyai istri dan akan memiliki anak.”katanya dengan nada tegas pada wanita yang kini sudah duduk di depannya.

“Aku tahu itu hanya sebuah penawarankan?”balas wanita itu dengan senyuman menggoda. Vian sedikit terkejut dengan ucapan wanita itu. Dia menatap dalam wanita yang ada di hadapannya.“Darimana kau tahu?” Tatapan tajam Vian di balas dengan senyuman yang sangat menggoda.

“Tak penting darimana aku tahu, Sayang.”balas Anggun, nama wanita itu. “Setelah anak itu lahir, kalian akan berceraikan? Dan kita akan bersatu bukan? Kau tidak lupa janjimu itu kan?”lanjut Anggun dengan tajam.Merasa puas dengan ucapannya, Anggun keluar dari ruangan kerja Vian. Tak lupa ciuman singkat di pipi Vian.

Vian hanya diam menghempaskan badannya pada kursi di belakangnya. Dia mana mungkin lupa dengan janji yang di buatnya dulu tapi apa semua itu akan berlaku? Semuanya sudah berubah? Kenapa wanita yang dulu sangat di inginkannya menghilang dan kini datang hanya untuk mengganggu.

“Aku sudah menyukainya akhh .... bahkan aku kini sudah mulai mencintainya!!! Sekarang Dia oksigenku! Bagaimana bisa aku hidup tanpa oksigen??”keluh Vian dengan keras di ruangan khususnya itu. pekerjaan yang sudah menumpuk tak di hiraukannya. Dia sudah sangat lelah dengan kejadian tadi.

“Kalau begitu pertahankan dia! Tidak akan ada yang bisa memahami anak itu selain ibu kandungnya sendiri.”ucapan seseorang sontak membuat Vian sadar dan kembali ke dunia nyata. Sebenarnya dia sangat tahu siapa orang itu tapi isi dari ucapan orang itu yang membuatnya sangat terkejut.

Bagaimana bisa,? Orang yang menurutnya tak perduli kini mendukungnya untuk mempertahankan Yuri.“Aku rasa masih ada sedikit waktu untuk membuat keputusan. Berpikirlah dengan tenang dan buatlah keputusan yang menurutmu baik bukan menurutmu benar.”Vian hanya tersenyum simpul mendengar nasehat singkat dari Kakak laki-lakinya itu.

Hubungan mereka memang kurang baik tapi bukan berarti semua rahasia yang Vian tutupi tak diketahui Kakaknya. Entah cara apa yang membuat Adnan tahu tentang semua kesepakatannya dengan Yuri.

“Apa kabarmu? Kenapa meninggalkan istrimu yang sedang hamil?”tanya Adnan yang kini sangat terlihat meminta jawaban. “Aku merindukan adik iparku itu.”

“Kau sangat tahu tentang dia? Kenapa masih bertanya?”jawab Vian dengan nada ketidaksukaannya. Sedikit cemburu dengan kalimat terakhir yang dikeluarkan Adnan. Selain Adnan Kakak laki-lakinya dia juga adalah cinta pertama Yuri. Dan itu merupakan alasan terkuat kenapa dia sangat cemburu dan tidak mengajak Yuri ke tempat ini.

“Dia bahkan memiliki banyak kelebihan. Kenapa alasan tidak masuk akal itu membuatku jadi bagian hidupmu saat ini!”

***

Yuri berjalan perlahan ke ruangannya. Hari ini dia banyak memeriksa pasien dan membuatnya sedikit kelelahan. Di rebahkan tubuhnya pada sofa biru itu dan pelahan memejamkan matanya.

Bahkan saking lelahnya, dia tak sadar ada seseorang membuka pintu ruangannya dan berjalan pelan ke arahnya. Kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan Telinga kiri Yuri. “Dokter Yuri, apa aku bisa menjadikan istrimu?”bisik lelaki itu dengan nada menggoda.

Mendengar bisikan itu membuat Yuri terbangun dan memandang tajam lelaki itu. “Apa maksudmu?”kalimat yang sebenarnya sudah Yuri tahu jawabannya. Dia hanya ingin memastikan bahwa orang ini benar-benar meremehkannya.

“Aku ingin menikah denganmu. Bukankah kalimat yang sama dengan tawaran Kakaku?”

PLAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK

Tamparan keras mendarat di wajah lelaki itu. Yuri tidak mudah membuat bekas merah di pipi seseorang. Dia melakukan itu hanya karena alasan tertentu yang membuat dirinya diremehkan. Dan kini orang yang meremehkannya adalah saudara dari suaminya sendiri. Itu yang membuat emosinya tak terkendali.

“Apa aku salah bicara??? Kenapa Kakakku bisa menawarkan dengan begitu mudah sedangkan aku tidak??”tanya lelaki itu dengan tajam. Mulai mendekat pada Yuri yang duduk lemas di sofa. Tenaganya belum kembali pulih di tambah sebagian lagi sudah di keluarkannya saat menampar orang itu. “Aku tahu semuanya Nona Yuri!”

“Sekarang aku Kakakmu! Bisa kau sedikit menghargaiku!”

“Berapa uang untuuk itu? Apa dengan sebagian aset yang ku miliki bisa membeli itu?? aku rasa sangat banyak dengan tawaran konyol Kakakku itu!”

“Pergilah. Aku tak ingin berdebat denganmu, Rio.”

Senyuman kemenangan terukir di wajah manis Rio. Dia sangat suka menggoda dan meremehkan wanita yang ada di depannya. Entah sejak kapan sifat dinginnya selalu muncul dihadapan gadis yang kini secara sah masih menjadi istri dari Kakaknya.

Kalau ingin protes! Katakan saja pada takdir! Rio adalah teman sekelas Yuri sejak SMP sampai SMA. Bukankah itu takdir? Mereka tak pernah melakukan kesepakatan seperti Vian. Meskipun Rio bukan Cinta pertama Yuri. Tapi setiap kesempatan membuat mereka selalu bertemu dan itu yang membuat Rio secara sembunyi mengagumi Yuri.

Kenapa takdir Yuri bukan dirinya? Kenapa kedua kakaknyalah yang menjadi bagian terpenting di hidup Yuri. Kenapa hanya dia yang di anggap teman dan adik ipar saja? Keirian itulah yang membuat Rio memberontak. Takdir tak lagi dipercayainya. Dan kini menjadi hal terburuk yang akan di hadapi jika mendengar nama itu. Yuph. Bagi Rio, TAKDIR adalah password kesialannya.

“Aku bahkan belum bertindak untuk menggapaimu. Aku pecundang yang telah kalah sebelum memulai.”

***

“Ini baik untukmu.”kata seseorang yang membuyarkan lamunan seorang wanita yang duduk diam di taman yang sepi.

“Kau bahkan memperlakukanku lebih baik setelah aku meninggalkanmu.”balas wanita itu dengan senyuman lembut. Meskipun bukan dengan nada penyesalan tapi terlihat jelas ada rasa bersalah dalam kalimat itu.

“Apa kau menyesal?”tanya lelaki itu dengan lembut. Wanita itu hanya diam dan mengalihkan pandangan ke arah lain. “Kembalilah padaku. Aku pasti menerimamu kembali Yuu. Kau tahu itu bukan?”lanjut lelaki itu dengan nada tegas.

Hanya mereka yang tahu arti dari kalimat itu. Keduanya diam dengan pikiran masing-masing. Namun segera di tepis kenangan masa lalunya. Yuri tahu akan ada banyak masalah jika mengingat masa lalu itu.  Dia kini memandang sendu ke arah lelaki itu. “Aku tahu itu,”

Terlukis senyuman manis dari wajah lelaki itu. Setidaknya dia masih ada dan tersimpan hangat di memori gadis di hadapannya itu. Yuri adalah cinta pertamanya begitupula dengan Yuri. Namun karena alasan konyol itu semua berlalu dengan mudahnya. Dan kini cinta pertamanya sudah menjadi istri dari adiknya sendiri.

“Pulanglah. Tidak baik untuk kesehatanmu.”kata Adnan dengan nada membujuk. Dan itu akan sukses membuat Yuri patuh dan menurut, “Aku tahu kau dokter. Berhentilah menatapku seperti itu Yuu.”

Tatapan sendu itu kini berubah menjadi senyuman hangat dan tulus. Jurus terjitu yang membuat semua orang dengan mudah ikut tersenyum. Dan itu hanya dimiliki oleh gadis bernama CRYSTALICA MAYURI.

Sesampai dirumahnya. Yuri mengarahkan tubuhnya ke sofa empuk di ruang TV. Kelelahan dan kejadian hari ini cukup membuat keadaanya menurun. Di saat seperti ini Yuri sangat merindukan orang itu.

“Aku tak perlu menasehatimu banyak hal.”kata seseorang yang kini duduk di sebelah Yuri. Ya. Orang yang dirindukannya kini sudah ada di hadapannya. Siapa lagi kalau bukan Vian. Suami yang kini mulai dicintainya. “Tapi aku sangat memaksamu mengurangi kegiatanmu di RS. Ingatlah, bukan hanya ada dirimu sendiri di tubuh itu tapi juga ada anakku.”

“Boleh aku meminta satu permintaan?”kata Yuri mengalihkan pembicaraan. Vian hanya menggeleng dan menatap Yuri meminta kelanjutan omongannya. “Jangan akhiri hubungan ini! Kau boleh mengambil semua yang kau beri padaku. Tapi tolong jangan pisahkan aku dengan anak ini. Aku membutuhkannya.”

“Kau tahu konsekuensinyakan?”

“Aku terima. Tapi tolong jangan pisahkan kami. Sekalipun aku hanya di anggapnya sebagai baby sitternya nanti.”

***

“Aku tahu rasanya. Dan aku tak ingin malaikat kecilku ini merasakannya juga. Cukup hanya aku dan Ibunya yang mengalaminya. Malaikatku ini harus merasakan keutuhan keluarga. Dicintai dan di harapkan oleh orang tuanya. Aku mungkin bukan Ayahnya yang sempurna tapi aku akan selalu belajar menyayanginya dengan setulusnya.Karena aku sangat menyayangi malaikat kecilku ini.”



0 komentar: