Preview
Kyuhyun
menatap Seohyun lekat, melihat Seohyun yang memejamkan matanya untuk menikmati
udara dingin tapi yang seolah menenangkannya. “Kau memang bukan yang pertama
atau terutama untukku saat ini. Cukup berada disisiku, kau akan tahu dimana
tempatmu berada. Hajima.”
“Hei
Nona Muda. Kajja, kita Menikah.”
It’s
Okey. That is ‘masa lalu’
Ketika kamu sudah berkomitmen, belajarlah untuk saling
mendalami satu sama lain, nanti pasti akan datang berbagai masalah. Tapi satu
hal yang harus kamu lakukan, ‘percayalah’
“Mwo
…”
Hahahhaha…
tawa Seohyun pecah ketika menatap Kyuhyun dengan wajah serius. Ini memang bukan
pertama kali Seohyun melihatnya, tapi entah kenapa melihat lagi wajah itu
membuatnya tak bisa menahan tawanya. Tidak diperdulikannya orang-orang sekitar
yang menatapnya aneh.
“Yak!!!
Ini tidak becanda.”balas Kyuhyun dengan wajah kesal. Bagaimana tidak? Ketika
kita sudah menyusun satu kalimat serius hanya di tanggapi dengan tawa aneh.
Ingin rasanya meninggalkan yeoja di sampingnya ini juga menghindari pandangan
tajam sekitarnya.
“Hahahha…
ini memang lucu, Tuan.”jawab Seohyun sambil menahan tawanya. Di pikir-pikir
hanya ucapan serius dari namja ini, kenapa bisa dirinya semudah ini tertawa. “Kau
ini sedang melamarku? Omo … kau benar-benar tidak romantis.”keluh Seohyun.
Memang
pemandangan kota Seoul sangat indah dari atas sini. Tapi bukan berarti namja
ini bisa seenaknya mengucapkan kata sacral itu. Ketika Kyuhyun memintanya
menjadi tunangannya, memang dirinya hanya berpikir sebentar untuk menerimanya.
Lain halnya dengan mengajaknya menikah. Tidak segampang dan semudah itu bukan.
“Hmm
.. Apa kau ingin aku membawakan bunga dan cincin. Kemudian membisikan kata-kata
gombal padamu?”tanya Kyuhyun serius.
”Wae??
Memang tidak boleh?”balas Seo membalas tatapan tajam Kyuhyun.
“Hahhahaha..
itu sudah basi, Nona. Bukannya to the point sambil menikmati suasana hening
lebih unik?”ucap Kyuhyun yakin beserta senyum evilnya.
“Huhh…
kalau begitu lamar saja pspmu itu. Kau pikir aku tidak tahu, suasana seperti
ini yang kau butuhkan untuk bermain game bukan. Pabo.”
“Yaakkkkk
…. “
###^^^###
“Annyeong
Hasimnikka, Sajangnim .. Oso Osipsiyo.”sapa seorang lelaki paruh baya kepada majikannya. Sudah
lama majikannya ini tidak kembali kerumah besar keluarga SEO. Tepatnya sejak
kepergian istri dan putri pertamanya.
“Lama
tak bertemu, ajussi.”balas Tuan Seo ramah. Mengingat hubungan mereka sudah
cukup lama. “Dimana Seohyun?”lanjutnya karena tak melihat putrinya di sekitar
rumahnya.
“Nona
muda pergi setelah membereskan pakaiannya, Tuan. Apa ada yang perlu saya
lakukan.”ucapan Ajussi Kang hanya mendapat gelengan dari majikannya. “Baiklah.
Selamat istirahat Tuan.”
Dengan
cepat Ajussi Kang meninggalkan Tuan Seo sendirian di kamarnya. Mungkin majikannya
ini membutuhkan istirahat yang cukup setelah perjalanan jauhnya.
Setelah
merebahkan diri di kasurnya. Tuan Seo mengaktifkan ponselnya. Ada beberapa
panggilan masuk dan sms yang sebelumnya di abaikannya. Namun, pandangannya
tertuju pada urutan ketiga orang yang menghubunginya. Belum sempat dirinya
berpikir beberapa hal. Dering ponselnnya membuatnya sedikit tersenyum.
“
Yeoboseyo..”ucapnya lembut.
“Daddy.
How are you?”
“Fine,
Honey. Kau sudah sampai? Kenapa baru menghubungi Daddy?”
“Mianhae.
Ponsel Daddy juga baru aktif.”
“Kau
senang ya disana?”
“Hmm..
ne. dia menyambutku dengan hangat. Apa sama seperti …”
Ada
jeda ketika putrinya ingin mengatakan hubungan ‘tunangannya’ itu dengan
Oenninya ..
“Dengan
Yuri?”lanjut Tuan Seo. Membiarkan putrinya terbiasa dengan kenyataan bahwa
Kyuhyun mempunyai hubungan lebih dulu dengan Yuri.
“Ne.”
“Semua
pasti ada waktunya, Honey. Don’t be afraid. Okey. Daddy ada meeting. Bye.”
Sedikit
keBohongan untuk sebuah kejutan hangat tidak masalah bukan. Tuan Seo tidak
sedang di kantornya apalagi di suasana meeting. Saat ini ia sudah ada di Seoul.
Tempat yang beberapa saat lalu juga di kunjungi oleh putrinya.
Kalau
putrinya sedang berusaha membangkitkan diri dari ketakutannya. Kenapa dirinya
tidak? Kenapa harus berada di masa lalu jika di depan masih ada beberapa asa
untuk terus maju.
###^^^###
Setelah
mengantarkan Seohyun kerumahnya. Tidak lagi rumah Keluarga Cho menjadi tujuan
utamanya. Meskipun tidak ada jadwal pertemuan. Kyuhyun sering mendatangi rumah
Sungmin untuk sekedar menenangkan pikirannya. Mungkin sejak beberapa waktu
lalu, rumah Sungmin mempunyai daya tarik sendiri untuk menghilangkan penat.
“Annyeong..
Hyo na ya. Sungmin ada?”sapa Kyuhyun
ketika melihat Hyo na membuka pintu. Sedikit anggukan dan memberikan sedikit
celah untuk Kyuhyun masuk dan mendatangi kamar kakaknya.
“Mau
apa kesini, Kyu?”tanya Sungmin ketika melihat Kyuhyun mendekatinya. Kyuhyun hanya memberikan evil smirknya dan
mengambil cappuccino dari tangan Sungmin. Karena sudah terbiasa tak ada tatapan
kesal yang Sungmin pada namdosaengnya itu.
“Aku
habis kencan dengan Seohyun, Hyung.”balas Kyuhyun setelah menghabiskan segelas
cappuccino Sungmin.
“Jadi
kau sudah melupakan yeoja itu.”tanya Sungmin setelah mendengar ucapan Kyuhyun.
“Belum…”balas
Kyuhyun yakin.
Dengan
wajah tak percaya, Sungmin memperhatikan keyakinan di wajah Kyuhyun. Memang
bukan dia yang sering di jahili oleh namdosaengnya ini tapi antisipasi akan
lebih baik mulai saat ini. “Jadi kau masih belum yakin dengan perasaanmu
sendiri?”tanya Sungmin akhirnya.
“Menurutmu,
Hyung?”
Sungmin
sangat kesal terhadap namdosaengnya ini. Saat ia serius bertanya Kyuhyun malah
membalikan pertanyaan sendiri. Apa yang namja evil ini pikirkan? Kenapa bisa
mengabaikan yeoja semanis Seohyun. Kalau saja dirinya yang ada di pihak
Kyuhyun, mungkin … “Babo… apa yang kau
pikirkan? Yeoja itu tunangan dosaengmu sendiri..”batin Sungmin.
“Daddy.”ucap
Seohyun tak percaya. Padahal baru beberapa jam yang lalu ia menelpon Daddynya
menggunakan no telpon kota itu. Tapi kenapa Daddy nya sudah ada di depan
matanya saat ini.
“Kau
tak mau memeluk Daddy, Honey?”tanya Tuan Seo. Sedetik kemudian Seohyun memeluk
Daddynya dengan perasaan terharu.
“Aku
senang melihat Daddy disini.”kata Seohyun beberapa saat kemudian. Mendengar itu
senyuman hangat Daddy tersungging di wajahnya. “Kalau begitu hari ini kamu
harus menemani Daddy kemanapun? Setuju.”
Anggukan
disertai senyuman ala Seohyun terpampang jelas di wajahnya. Ini awal yang baik
untuk membuka lembaran baru. “Ne. kita akan kemana, Dad?”
“Rahasia…..
Kajja kita sarapan.”
Eurwangni Beach, Incheon
“Eottoke??? Oneul jeul gowo seyo.”tanya
Daddy pada putri bungsu sekaligus menjadi satu-satunya saat ini.
Hal
pertama yang ingin dilakukannya setelah sampai Seoul adalah melihat sunset
bersama Seohyun. Dulu melihat sunset adalah ritual resminya. Memandangi
keindahan langit berubah orange dengan hiasan pasir putih disekitarnya adalah
ketenangan sendiri baginya. Salah satu bentuk anugerah Tuhan yang siapapun
dengan gratis bisa menikmatinya.
“Ne…
beautifull like my Mom.”lirih Seohyun.
“Apa
kau sudah siap mendengar alasan kami bercerai, Honey?”tanya Tuan Seo sambil
menikmati suasana tenang di pantai ini.
Mungkin usia Seohyun yang sudah dewasa bisa dengan mudah mengerti alasan
mereka berpisah.
“Aku
cukup dewasa untuk mengerti.”balas Seohyun sambil memandang sosok namja yang
kini berubah menjadi orang yang di kaguminya. Jujur, Halmoni pernah
menceritakan alasan perceraian itu tapi dia ingin sekali mendengar langsung
dari bibir Daddynya.
“Tidak
ada cinta di antara kami …”lirih Daddy menggantungkan ucapannya. Entah tak
berniat melanjutkan atau memang ini alasan sebenarnya.
“Mwo?!
Daddy kau bercandakan?”ucap Seohyun tak percaya. Bagaimana mungkin tidak ada
cinta? Bagaimana bisa Yuri dan dirinya lahir jika tak ada cinta?
“Aniyo.
Ini kenyataannya, Honey.”tegas Tuan Seo sambil menikmati wajah terkejut
putrinya. “Kami dijodohkan, mulanya Daddy pikir cinta akan datang sejalan
dengan waktu. Tapi sampai kalian lahir, cinta itu belum juga tumbuh.”
“Wae
?! Daddy tidak berusaha untuk bertahan? Mungkin sebentar lagi. Tuhan sedang
melihat usaha Daddy sedikit lagi.”
“12
tahun kami rasa sudah cukup untuk saling berusaha. Kamu pasti kecewa dengan
alasan ini. Tapi beginilah kenyataannya. Cinta tidak datang saat itu …..”
“….
Daddy tahu kalian kecewa…” nada penyesalan yang muncul ketika melihat wajah
sendu putrinya. Ternyata dialah yang membuat senyum Seohyun hilang.
“Daddy
tahu apa yang kami lakukan setelah berpisah denganmu? ….”
“….
Apa Daddy merasakan bagaimana rasanya? Ketika semua chinguku membanggakan
Daddynya, meminta saran ketika sedang jatuh cinta atau sekedar menunjukan siapa
Daddynya di hadapan yang lain… Hanya aku yang tidak merasakan itu.”
“Mianhae…
jeongmal mianhae..”
“Masa
laluku bukan semudah ucapan maaf…”
Hening.
Sedikit menyesal karena dengan mudahnya dirinya merusak suasana hangat yang
mereka bangun. Tapi sampai berapa lamapun semua itu ditutupi lama kelamaan akan
terkuak juga. Hanya ingin menyampaikan langsung kenyataan ini kepada putrinya.
“Mom
juga mencintai Daddy. Aku merasakan itu. Kenapa berhenti berusaha?”keluh
Seohyun setelah menikmati kehenigannya. Kenapa saat itu orang tuanya seenaknya
memutuskan tanpa melihat kedepan. Akan seperti apa efek bagi kehidupannya. Rasa
ingin tahunya memuncah. Pernah dirinya memaki takdir? Kenapa harus dirinya?
“Benarkah?”balas
Daddy menatap Seohyun penuh tanya. Dari sisi manapun dia tak menemukan ada
setitik ruang terbuka di hati istrinya untuk menempatkan dirinya disana.
Darimana putrinya tahu? Posisi apa yang membuat Seohyun yakin? 12 tahun sudah
dilewatinya. Meskipun banyak tempat dan suasana mereka alami tak ada satu pintu
terbuka menuju hati istrinya.
“Apa
Daddy pikir logis? Mengatakan tidak ada cinta tapi kalian membuat kami hadir ke
dunia ini?” perasaan sedih mendominasi hati Seohyun. Apa dirinya dan Yuri tidak
diharapkan?? Atau hanya sebuah kesalahan?
Sebuah
senyuman hangat ditunjukan khusus untuk putrinya. Seiring berjalannya waktu
pasti pertanyaan ini akan dilontarkannya? Pertanyaan yang dirinya sendiripun
tidak tahu. “Daddy tidak tahu alasan apa yang pantas untuk
menjawabnya.”balasnya lembut. Ingin menyembunyikan sedikit saja kesedihan yang
akan diterima Seohyun.
“Wae?”
lirih Seohyun. Air matanya perlahan menetes. Sebenarnya Seohyun benci
memperlihatkan sisi lemah dirinya. Tapi keadaan ini membuat dinding kokoh
pertahanannya mencair.
“Yang
harus kau tahu. Tak ada seorang anakpun terlahir dari kesalahan dari orang
tuanya. Begitu juga denganmu.”
Sentuhan
lembut tangan Daddy mengelus rambut panjang Seohyun. Hangat.
“Jangan
menghiburku, sama sekali tak membuat semuanya hilang.”
“Lalu
Daddy harus apa?”
“Katakan
padaku bagaimana cara mengobatinya? Daddy, kau tahukan sesak dan nyeri itu
sangat menyakitkan. Kadang aku sulit bernapas.”
“Hmm..
lalu Daddy harus mengobati hatimu seperti apa? Akan Daddy cari jika ada
obatnya”
Dengan
nada menggoda Daddy mencairkan suasana. Tak ingin menceritakan semuanya secepat
ini. Seohyun belum tentu bisa menerima semuanya. Seorang Appa sangat tahu kapan
dan bagaimana menyampaikan alasan yang tepat agar anak-anaknya bisa menerima
semuanya dengan sangat baik. Ya meski terkadang sangat sulit menerimanya.
“Daddy.
Jangan mengajak bercanda disaat seperti ini.”
Seohyun
mengelak candaan Daddynya. Perasaannya saat ini tak menentu sehingga jalan
untuk membuka ruang untuk tertawa sedikit tertutup. Dengan perlahan Daddy
memeluk dirinya.
“Kenapa
seperti ini? Putri Daddy yang cantik ini bukannya senang membagi senyum? Seohyun
yang bisa mencairkan suasana dengan candanya. Dimana Seohyunku itu saat ini?”
“Sisi
Seohyun yang bodoh itu telah mati.”balas Seohyun ketus dan mengalihkan
pandangan ke arah matahari yang kini mulai menutupi tubuhnya.
“Yang
membuat keadaan jadi menyakitkan itu pikiranmu sendiri, Honey. Menyulitkan
memang menerima semuanya apalagi mempraktekan bahwa kita kuat. Tapi tidak
semuanya sulit jika bertahap bukan? Seiring dengan waktu, kamu pasti bisa
mengubah luka itu menjadi sebuah proses pendewasaanmu.”
“Sulit….
Apa Daddypun masih mengalaminya?”
“Hmm…
Daddy tidak mengelak jika masih menyimpan harapan itu. Tapi kebahagian Daddy
bukan bersama Mom begitu sebaliknya. Jangan menyalahkan takdir, Honey.”
“Aku
sangat mencintaimu, Daddy. Sekalipun kelahiranku tak membuat semuanya menjadi
lebih baik.”lirih Seohyun.
“Kelahiranmu
adalah anugrah tersendiri, Honey. Mencintaimu dengan tulus adalah asupan energy
positif. Senyumanmu seperti jutaan waktu memberi harapan kebahagian nanti. Dan
melihatmu tumbuh dan berkembang menjadi gadis baik dan periang membisikan
keadilan nyata dari Tuhan. Kenapa harus memaki kehilangannya jika Daddy
mendapatkan malaikat cantik sepertimu.? ”
Ada
setitik cahaya setelah curahan hati Appanya. Entah kenapa bisa membuat semua
keegoisan orang tuanya menghilang. Tak elak itu membuat tangisnya menjadi
terisak. “Hiks… Dad … hiks …. dy.. hiks…”
“Daddy
tidak ingin egois mempertahankan kalian. Sekalipun kami berpisah tapi bisa
saling menjaga itu sudah lebih dari cukup.”
Kenapa
berubah nyaman padahal langit senja sudah menghilang. Hanya ada kegelapan yang
mewakili keadaan langit saat ini.?? Bagi Seohyun kenyataan kali ini sedikit
memberi kelapangan paru-parunya untuk bisa menghirup oksigen lebih banyak.
Andai
saja, Oenni dan Mom mereka masih disini. Mungkin seharusnya ucapan ini bisa
membuat keluarganya kembali. Sayangnya, Tuhan sangat menyayangi mereka, makanya
mereka di panggil cepat untuk di tempatkan di tempat yang terbaik.
“Oenni…
kau dengar. Kita memang bukan alasan mereka bersatu tapi kita adalah bukti
bahwa cinta pernah ada. Mereka saling mencintai hanya saja mereka terlalu takut
untuk melebihkan sesuatu yang sebenarnya memang milik mereka. ”
“Are
you ok, honey??? Ini adalah masa lalu kan? Lalu apa keputusanmu dengan lamaran
Kyuhyun..?”
“MWO
…”
2 komentar:
seo, terima lamaran kyu, tp setelah kyu buktikan dia bener2 cinta, jgn ampe kyk ortu nya seo..
kyu, lamar lah seo dgn cinta..
makasih yya udah mau baca...hehehe
salam kenal
Posting Komentar